Adat dan Kebudayaan Suku Tolaki
Kota
Kendari terdiri dari beberapa suku bangsa, salah satunya adalah suku
bangsa Tolaki. Suku ini merupakan suku asli di daratan Sulawesi Tenggara
selain suku Muna dari Pulau Muna dan Suku Buton yang berasal dari pulau
Buton. Sekitar abad ke-10 daratan Sulawesi Tenggara memiliki dua
kerajaan besar yaitu kerajaan Konawe (wilayah Kabupaten Konawe) dan
Kerajaan Mekongga (Wilayah Kabupaten Kolaka) secara umum kedua Kerajaan
ini serumpun dan dikenal sebagai suku Tolaki. Dalam artikel ini saya
akan membahas secara singkat tentang Kebudayaan masyarakat Tolaki.
Dalam perjalanan sejarah Kerajaan Konawe yang berkedudukan di Unaaha
pernah menerapkan perangkat pemerintahan yang dikenal dengan SIWOLE
MBATOHU sekitar tahun 1602/1666 yaitu :
1) Tambo I ´Losoano Oleo
2) Tambo I´ Tepuliano Oleo
3) Bharata I´Hana;
4) Bharata I´ Moeri
2) Tambo I´ Tepuliano Oleo
3) Bharata I´Hana;
4) Bharata I´ Moeri
Ditengah-tengah kehidupan sosial kemasyarakatan mereka terdapat satu
simbol peradaban yang mampu mempersatukan dari berbagai masalah atau
persoalan yang mampu mengangkat martabat dan kehormatan mereka disebut:
“KALO SARA” serta kebudayaan Tolaki ini yang lahir dari budi, tercermin
sebagai cipta rasa dan karsa akan melandasi ketentraman, kesejahteraan
kebersamaan dan kehalusan pergaulan dalam bermasyarakat.
Didalam berinteraksi sosial kehidupan bermasyarakat terdapat
nilai-nilai luhur lainnya yang merupakan Filosofi kehidupan yang menjadi
pegangan , adapun filosofi kebudayaan masyarakat tolaki dituangkan
dalam sebuah istilah atau perumpamaan, antara lain sebagai berikut :
- Budaya O’sara (Budaya patuh dan setia dengan terhadap putusan
lembaga adat), masyarakat Tolaki merupakan masyarakat lebih memilih
menyelesaikan secara adat sebelum dilimpahkan/diserahkan ke pemerintah
dalam hal sengketa maupun pelanggaran sosial yang timbul dalam
masyarakat tolaki, misalnya dalam masalah sengketa tanah, ataupun
pelecehan. Masyarakat tolaki akan menghormati dan mematuhi setiap
putusan lembaga adat. Artinya masyarakat tolaki merupakan masyarakat
yang cinta damai dan selalu memilih jalan damai dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi.
- Budaya Kohanu (budaya malu), Budaya Malu sejak dulu merupakan inti
dari pertahanan diri dari setiap pribadi masyarakat tolaki yang setiap
saat, dimanapun berada dan bertindak selalu dijaga, dipelihara dan
dipertahankan. Ini bisa dibuktikan dengan sikap masyarakat Tolaki yang
akan tersinggung dengan mudah jika dikatakan , pemalas, penipu, pemabuk,
penjudi dan miskin, dihina, ditindas dan sebagainya. Budaya Malu dapat
dikatakan sebagai motivator untuk setiap pribadi masyarakat tolaki untuk
selalu menjadi lebih kreatif, inovatif dan terdorong untuk selalu
meningkatkan sumber dayanya masing-masing untuk menjadi yang terdepan.
- Budaya Merou (Paham sopan santun dan tata pergaulan), budaya ini
merupakan budaya untuk selalu bersikap dan berperilaku yang sopan dan
santun, saling hormat-menghormati sesama manusia. Hal ini sesuai dengan
filosofi kehidupan masyarakat tolaki dalam bentuk perumpamaan antara
lain sebagai berikut:
Ø “Inae Merou, Nggoieto Ano Dadio Toono Merou Ihanuno”
Artinya :
Barang siapa yang bersikap sopan kepada orang lain, maka pasti orang lain akan banyak sopan kepadanya.
Artinya :
Barang siapa yang bersikap sopan kepada orang lain, maka pasti orang lain akan banyak sopan kepadanya.
Ø “Inae Ko Sara Nggoie Pinesara, Mano Inae Lia Sara Nggoie Pinekasara”
Artinya :
Barang siapa yang patuh pada hukum adat maka ia pasti dilindungi dan dibela oleh hukum, namun barang siapa yang tidak patuh kepada hukum adat maka ia akan dikenakan sanksi / hukuman
Artinya :
Barang siapa yang patuh pada hukum adat maka ia pasti dilindungi dan dibela oleh hukum, namun barang siapa yang tidak patuh kepada hukum adat maka ia akan dikenakan sanksi / hukuman
Ø “Inae Kona Wawe Ie Nggo Modupa Oambo”
Artinya :
Barang siapa yang baik budi pekertinya dia yang akan mendapatkan kebaikan
Artinya :
Barang siapa yang baik budi pekertinya dia yang akan mendapatkan kebaikan
- Budaya “samaturu” “medulu ronga mepokoo’aso” (budaya bersatu, suka
tolong menolong dan saling membantu), Masyarakat tolaki dalam menghadapi
setiap permasalahan sosial dan pemerintahan baik itu berupa upacara
adat,pesta pernikahan, kematian maupun dalam melaksanakan peran dan
fungsinya sebagai warga negara, selalu bersatu, bekerjasama, saling
tolong menolong dan bantu-membantu .
- Budaya “taa ehe tinua-tuay” (Budaya Bangga terhadap martabat dan
jati diri sebagai orang tolaki), budaya ini sebenarnya masuk kedalam
“budaya kohanu” (budaya malu) namun ada perbedaan mendasar karena pada
budaya ini tersirat sifat mandiri,kebanggaan, percaya diri dan rendah
hati sebagai orang tolaki .
Mudah-mudahan dari sekian banyak nilai-nilai budaya masyarakat Tolaki
yang ada, apa yang saya berikan pada artikel ini bisa lebih membuka
mata dan memberi sedikit gambaran tentang kebudayaan Masyarakat Tolaki.
Khasanah kehidupan masyarakat di Kota Kendari Khususnya dan Sulawesi
Tenggara Umumnya bukan hanya dipengaruhi oleh nilai-nilai luhur suku
bangsa Tolaki tetapi juga oleh masyarakat suku lainnya yang berada di
“bumi anoa”, kesemuanya menjadi daya perekat dalam kehidupan
bemasyarakat di daerah ini .kerukunan antar ummat beragama juga memberi
warna tersendiri ditengah- tengah kepercayaan dan keyakinan untuk
menyerahkan diri kepada Tuhannya masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar